Kurikulum pendidikan di Indonesia sebagaimana kita ketahui dari periode ke periode selalu berubah. Ini diperparah lagi dengan ketidakkonsistenan dalam penamaan jenjang sekolah, seperti dari SMA diubah menjadi SMU, kemudian sekolah - sekolah kejuruan yang tadinya STM dan SMEA sekarang diubah menjadi SMK. Padahal dengan perubahan semacam ini pun tidak membuat kualitas semakin meningkat, justru terlihat membingungkan. Belum lagi IKIP dan IAIN yang beramai - ramai berubah menjadi universitas, ini akan membuat lembaga pendidikan tersebut kehilangan jati dirinya.
Sampai sekarang pendidikan kita masih compang-camping karena sering terjadi perubahan kurikulum. Setiap pergantian menteri maka pasti terjadi perubahan yang buntutnya malah membuat bingung pelaku pendidikan. Padahal kurikulum seharusnya tidak boleh berubah, ibaratnya pejabat berikutnya tinggal melanjutkan apa yang telah ditinggalkan oleh pendahulunya, tetapi mungkin karena rasa gengsi yang salah kaprah dari beliaunya sehingga agak malu hati jika tidak melakukan perubahan, alias ingin disebut meninggalkan jasa kelak. Sedikit panas dan memerahkan telinga memang ,tapi inilah kenyataan.
Seharusnya sebuah kurikulum dipatenkan selama beberapa lama agar dapat dilihat hasil dari pembelajaran tersebut. Jika kita melihat kenegara lain yang lebih maju, mereka memiliki SDM yang bagus, itu karena siswa mereka tidak dibuat bingung oleh perubahan yang begitu cepat. Kurikulum yang lama belum terserap langsung sudah terganti. Hal lain adalah banyaknya pemborosan biaya pendidikan termasuk untuk mencetak buku-buku yang pada akhirnya tidak terpakai,padahal seharusnya dapat digunakan untuk membiayai bidang-bidang lain dalam sektor pendidikan misalnya kesejahteraan guru, sehingga tidak akan terdengar lagi nada miris tentang nasib guru yang nyambi kerja jadi tukang ojek untuk mempertahankan asap dapur agar tetap ngepul.
Guru yang konsentrasi bekerja, tentunya akan dapat menghasilkan mutu yang bagus disamping tentunya tetap didukung oleh kurikulum yang tetap. Sebab bisa saja terjadi guru yang berada jauh dipedalaman tidak mengetahui lagi adanya perubahan sehingga otomatis tertinggal jauh akibatnya mutu pendidikan jadi timpang. Mungkin saatnya para orang pintar di Indonesia memikirkan mulai sekarang untuk menentukan takaran baku kurikulum ini sehingga kita bisa terangkat dan bukan menjadi pecundang terus. Ingat, kita masih berada di bawah negara Vietnam. Negara yang baru pulih dari luka perang, sedangkan kita katanya sudah lama merdeka tapi masih saja jalan di tempat, ndak maju - maju, la piye to.
Sebaiknya diciptakan standar baku yang dapat diaplikasikan dari waktu ke waktu tentunya harus tetap mengikuti perkembangan jaman, penyempurnaan memang perlu tapi tanpa merubah kurikulum standar bakunya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar